Belum lama ini, di Bandung, ada satu komunitas yang menyelenggarakan
kompetisi robot secara rutin, 2-3 bulan sekali. Nah, ini kesempatan bagi
para siswa kita utk turut serta. Sekedar menjajal kemampuan, lah. Kita tidak
perlu minder, karena ajang ini memang utk menggali minat dan menantang
"penggemar" robot utk berkiprah lebih jauh.
Dalam 1-2 minggu terakhir ini saya tengah mendiskusikan topik seputar
mekatronika dgn beberapa idealis elektronika di tanah air. Bahkan, salah
satu pakar akan membuat sebuah program televisi untuk memajukan pembelajaran
elektronika di Indonesia (topiknya tengah disusun dan didiskusikan bersama).
Pemikiran ini terpicu oleh ide yang saya lontarkan, untuk memberikan
pelajaran tentang mikrokontroler di tingkat SMP dan SMA. Wacana ini mendapat
banyak perhatian dan komentar, dan akhirnya mengerucut dengan rencana
konkret di atas. Kita tunggu saja penayangannya :-)
Beberapa waktu lalu, saya membuat sebuah rangkaian sederhana 8 lampu yang
dihubungkan ke komputer. Kemudian, saya membuat sebuah program kecil utk
mengontrol lampu2 tsb. Wah, anak-anak saya senang sekali. Saat saya ajarkan
bagaimana membuat variasi nyala dari lampu2 tsb., langsung mereka mengambil
spidol dan menuliskan "algorithma"-nya di white board, utk kemudian
memasukkannya ke dalam program, dan melihat hasilnya. Begitu apa yang mereka
rancang sama dgn nyala lampu sebenarnya, wah, mereka melonjak kegirangan :-)
Mereka pun mulai berkreasi dgn alat sederhana ini. Mulai dengan running
light, air mancur, dan sebagainya.
Kisah di atas adalah contoh yang amat sangat sederhana, dimana kita
menggunakan komputer yang biasa digunakan untuk mengetik, utk mengontrol
peralatan elektronik di luarnya. Dgn hasil yang langsung terlihat, anak2
akan enjoy dan asyik berkreasi. Apalagi tidak perlu menyolder (menyolder
urusan Bapaknya .. hehe). Cukup tancapkan alatnya ke komputer, silahkan
berkreasi.
Nah, contoh di atas adalah utk anak SD. Saat anak saya yang SMP melihat demo
tsb., dia langsung paham. Untuk SMP harus diberi yang sedikit lebih berat
:-)
Proyek elektronika selalu menarik, apalagi yang bisa memancing interest
seperti robot. Dalam kontes robot cerdas bulan Juli kemarin, topik yang
diangkat adalah "robot pemadam kebakaran". Topik yang sama diangkat oleh
komunitas robot Bandung di atas. Robot harus mencari sumber api, mendekati
dan memadamkannya. Yang paling cepat adalah yang paling baik. Menarik,
bukan?
Mungkin kita berpikir, ah, kelihatannya sulit. Sewaktu saya kuliah, memang
sulit, karena teknologinya belum berkembang terlalu jauh. Kalau hari gini
masih bilang sulit, berarti teknologi tidak pernah berkembang. Padahal,
teknologi berkembang utk memberikan kemudahan.
Pernahkah kita membayangkan sebuah "komputer" dgn ukuran 1.5 cm x 7 cm yang
harganya cuma 15 ribu? Ah, mana mungkin? Mau yang lebih canggih, harganya 35
ribu. Ah, masa?
Pernah membongkar handphone atau microwave atau mesin cuci? Ya, sekedar
ingin menunjukkan, bahwa di dalam alat-alat tersebut memang ditanam sebuah
"komputer" utk mengatur fungsi-fungsi yang ada. Makanya, harga piranti
elektronik semakin hari semakin murah, namun semakin canggih. Penasaran?
Mungkin kalau ada waktu luang, silahkan mencoba melihat-lihat isi dari
piranti-piranti tersebut :-)
Mungkin contoh lain yang lebih "sederhana", yaitu traffic light. Bagaimana
mengatur traffic light di sebuah persimpangan jalan yang rame? Apakah ada
orang yang mengaturnya? 20 tahun lalu, kita perlu membuat rangkaian
elektronik yang lumayan rumit. Hari ini, tidak lebih dari seukuran korek api
:-)
Nah, saya ingin isu-isu teknologi di atas, bisa mulai diperkenalkan di
lingkungan sekolah kita. Di Amerika, anak-anak SMP sudah bisa membuat robot
sederhana. Hanya saja, setelah saya hitung, investasi utk laboratoriumnya,
perlu puluhan bahkan ratusan juta. Kita tidak perlu seperti itu. Cukup mulai
dgn piranti yang sederhana. Kalau anak2 di U.S. cukup masuk lab dan
berkreasi, anak2 kita harus sedikit berpikir dulu, bagaimana berkreasi dgn
biaya yang semurah mungkin :-)
Hari Senin kemarin saya ngobrol dgn seorang orang tua yang anaknya sekolah
di SMA Aloysius. Saat saya bercerita soal robotika di TRIMULIA, beliau
langsung berkomentar, "Wah, TRIMULIA lebih maju dari Aloysius, yah!". Saya
berkomentar dalam hati, "Kalau pada tataran impian dan cita-cita, sih,
Aloysius atau Penabur, lewat! Namun, dalam prakteknya, kita harus berjuang
dan bekerja lebih giat untuk menggapai impian tersebut!"
Selamat berjuang dan berkarya, teman!
Saturday, June 30, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment