Sunday, July 12, 2009
Menjadi Kreatif dan Percaya Diri
Christianto Tjahyadi, Managing Director Next System Robotic Learning Center di Bandung, melihat robotika sebagai kolaborator ilmu mulai dari matematika, fisika, komputer, bahkan sampai ke biologi dan psikologi. "Untuk biologi, misalnya, ketika siswa membuat robot ikan, ia mesti memahami bagaimana cara kerja sirip. Sementara itu, aspek psikologi tersentuh ketika sudah terkait dengan kerjasama tim," ujar Christianto yang mengembangkan brand robotnya sendiri, yaitu Robot Edukasi.
Selain anak-anak, orang dewasa pun masih bisa menjadi target pasar kursus robot. Ternyata, menurut Christianto, banyak juga kalangan lain yang meminatinya, seperti guru, dosen, ibu rumah tangga, dan kaum profesional lainnya.
Para guru dan dosen yang mengajarkan ilmu-ilmu sains di sekolah dan universitas ternyata kerap membutuhkan belajar lebih jauh tentang robot. Apakah itu untuk mendapatkan pemahaman aplikatif dari rumus tertentu atau untuk menempuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi. "Biasanya, pengajar di Indonesia bisa menyajikan materi yang sangat rumit dalam pengajarannya, tapi tidak begitu paham bagaimana penerapan nyata dari rumus-rumus itu, " kata Christianto.
Sementara itu, ibu rumah tangga kerap mempelajari robot agar bisa update terhadap perkembangan anaknya yang sedang belajar robot. Tujuannya agar ada hobi yang bisa dilakukan bersama anaknya dan komunikasi lebih lancar. Ada pula profesional yang sekedar ingin belajar saja tentang robot karena ketertarikan pribadi.
Sebetulnya, selain untuk hobi dan mengasah otak, robot juga bisa berguna bagi kehidupan sehari-hari jika kita sudah menguasai konsep dasarnya. Dengan meminjam prosesor robot, kita bisa memanfaatkannya, misalnya, untuk mengatur aliran air dari pipa atau mengatur nyala-matinya lampu secara otomatis.
"Robot itu kan benda yang netral saja. Sama seperti komputer, dulu orang juga tidak paham dan merasa asing. Tapi kemudian orang dari berbagai kalangan belajar menggunakannya baik dengan kursus maupun otodidak dan akhirnya bisa, " ujar Christianto.
Ketika robot sudah diposisikan seperti komputer, saat itulah belajar robot akan dipandang sebagai suatu keharusan. Dan artinya, masyarakat kita sudah setingkat lebih tinggi dalam pemanfaatan teknologi.
Dikutip dari BusinessWeek Indonesia No.18 | 15 Juli 2009
Wednesday, July 08, 2009
Minat Membeli Robot Edukasi Meningkat
Selasa, 7 Juli 2009 | 13:34 WIB
Bandung, Kompas - Minat masyarakat Bandung membeli robot untuk tujuan edukasi semakin meningkat. Jumlah peserta kursus robot pun terus naik. Siaran televisi, internet, dan majalah yang lebih sering membahas robot membuat ketertarikan masyarakat bertambah.
Managing Director Next System Christianto Tjahyadi di Bandung, Senin (6/7), mengatakan, saat ini pihaknya dapat menjual robot untuk edukasi sekitar 10 unit per bulan. Jumlah itu meningkat dibandingkan dengan masa-masa awal ia memasarkan robot pada awal 2007, sekitar 3-5 unit per bulan.
"Dulu, robot yang dijual hanya produk impor. Sekarang, kami sudah memproduksi robot edukasi produksi sendiri," katanya. Harga robot impor sekitar Rp 2,5 juta-Rp 5 juta per unit dan produk Next System sekitar Rp 1,6 juta-Rp 1,8 juta per unit.
Manfaat mempelajari robot antara lain adalah meningkatkan kemampuan bekerja sama, menguasai teknologi, dan berkomunikasi. Dampaknya, kursus robot pun semakin dicari. Menurut Christianto, saat ini jumlah peserta kursus di tempatnya dan sekolah-sekolah umum yang mendapatkan pelatihan robot dari Next System sekitar 100 orang. Jumlah itu meningkat daripada dua tahun lalu yang hanya sekitar 15 orang.
Program kursus dibagi dua: reguler dan intensif. Biaya program reguler sekitar Rp 100.000-Rp 150.000 per pertemuan selama 1,5-2 jam. "Lama kursus reguler kami tidak menetapkan. Tergantung dari perkembangan dan ketertarikan peserta kursus," katanya.
Adapun program intensif berlangsung selama 3-5 hari. Biaya program intensif tiga hari, misalnya, untuk mahasiswa mulai Rp 600.000 per orang dan untuk kalangan profesional mulai Rp 1,5 juta per orang.
Sumber: Harian Umum Kompas
Saturday, August 30, 2008
Workshop: Pemrograman Praktis Mikrokontroler PIC untuk Aplikasi Robot
Pada hari Selasa dan Rabu, 19-20 Agustus 2008, saya dan DR. Riza Muhida, asisten profesor bidang Mekatronika di International University Malaysia, memberikan workshop setengah hari kepada 20 orang guru dan siswa dari SMPK / SMAK TRIMULIA dan SMP Bintang Mulia Bandung. Ini merupakan kegiatan workshop mikrokontroler dan robotika pertama untuk kalangan sekolah menengah, khususnya di kota Bandung.
Menggunakan mikrokontroler PIC dan Bahasa C, para guru dan siswa diajak untuk menyelami aplikasi praktis, bagaimana memprogram mikrokontroler, membuat simulasi sistem lalu lintas, sistem keamanan, membaca data dari sensor, dan lain-lain; serta bagaimana mengendalikan motor, yang nantinya akan digunakan dalam pergerakan robot.
Mikrokontroler dan Bahasa C bukan lagi konsumsi para mahasiswa di perguruan tinggi. Saat ini, dengan pola pembelajaran yang mengedepankan kepraktisan dan kemudahan, para siswa sekolah menengah pun dapat menikmatinya.
Menggunakan mikrokontroler PIC dan Bahasa C, para guru dan siswa diajak untuk menyelami aplikasi praktis, bagaimana memprogram mikrokontroler, membuat simulasi sistem lalu lintas, sistem keamanan, membaca data dari sensor, dan lain-lain; serta bagaimana mengendalikan motor, yang nantinya akan digunakan dalam pergerakan robot.
Mikrokontroler dan Bahasa C bukan lagi konsumsi para mahasiswa di perguruan tinggi. Saat ini, dengan pola pembelajaran yang mengedepankan kepraktisan dan kemudahan, para siswa sekolah menengah pun dapat menikmatinya.
Wednesday, August 13, 2008
Tim Robotik SMPK/SMAK TRIMULIA di INAICTA 2008
Jakarta, 8 Agustus 2008 - Di ajang Indonesian ICT Awards 2008 yang bertempat di Jakarta Convention Center, khususnya dalam kategori kompetisi robot, tim SMPK TRIMULIA Bandung menduduki peringkat dua dan tiga, sementara tim SMAK TRIMULIA Bandung menduduki peringkat tiga.
Tim SMPK TRIMULIA memprogram robot dengan menggunakan Bahasa BASIC (robot rakitan) dan Bahasa C (robot Lego Mindstorms NXT), sementara tim SMAK TRIMULIA memprogram robot dengan menggunakan Bahasa C (robot Lego Mindstorms NXT).
Prof. M. Nuh (Menkominfo) yang hadir pada kesempatan tersebut, cukup surprise, mengingat banyak mahasiswa mengalami kesulitan dalam memprogram robot dengan Bahasa BASIC dan Bahasa C. Pendapat senada juga disampaikan oleh Ir. Christianto Tjahyadi dari Next System Robotics Learning Center, yang malam itu juga hadir sebagai undangan.
Tim SMPK TRIMULIA memprogram robot dengan menggunakan Bahasa BASIC (robot rakitan) dan Bahasa C (robot Lego Mindstorms NXT), sementara tim SMAK TRIMULIA memprogram robot dengan menggunakan Bahasa C (robot Lego Mindstorms NXT).
Prof. M. Nuh (Menkominfo) yang hadir pada kesempatan tersebut, cukup surprise, mengingat banyak mahasiswa mengalami kesulitan dalam memprogram robot dengan Bahasa BASIC dan Bahasa C. Pendapat senada juga disampaikan oleh Ir. Christianto Tjahyadi dari Next System Robotics Learning Center, yang malam itu juga hadir sebagai undangan.
Sunday, May 04, 2008
Kuliah Umum di Politeknik LP3I
Selasa, 29 April 2008, saya diberi kesempatan untuk menyampaikan kuliah umum untuk mahasiswa jurusan manajemen informasi Politeknik LP3I Bandung. Adapun topik yang diangkat adalah Fenomena Pendataran Dunia dan Tantangan Globalisasi.
Lebih dari 60 mahasiswa dan dosen hadir dalam kuliah selama 120 menit tersebut dan sangat antusias.
Kiranya, berbagi pengetahuan dan pengalaman yang dilakukan pada hari itu, bisa memberikan inspirasi dan semangat untuk terus belajar dan maju, menghadapi tantangan globalisasi yang sudah di depan mata.
Lebih dari 60 mahasiswa dan dosen hadir dalam kuliah selama 120 menit tersebut dan sangat antusias.
Kiranya, berbagi pengetahuan dan pengalaman yang dilakukan pada hari itu, bisa memberikan inspirasi dan semangat untuk terus belajar dan maju, menghadapi tantangan globalisasi yang sudah di depan mata.
Lego Robo Race Competition STMIK LIKMI, 14-19 April 2008
Mempersiapkan tim robotik SMAK TRIMULIA dalam ajang Lego Robo Race kali ini agak berbeda. Cedera pada tulang belakang mengharuskan saya untuk berbaring, karena nyeri luar biasa. Namun, internet dan telepon menjadi jembatan yang baik. Melaluinya, komunikasi dan koordinasi dapat berjalan dgn baik. Semangat dan motivasi yang dipompa melalui jalur elektronik ini, berhasil memberi semangat untuk tim yang akan bertanding.
Di babak penyisihan, tiga tim yang dikirim, termasuk satu anak kelas dua SMPK TRIMULIA yang saya sisipkan dalam tim ketiga, lolos ke semi final.
Di babak semi final, tim ketiga gugur. Konon karena komunikasi yang tidak berjalan dgn baik (tim ini gabungan dari anak SMA dan SMP), dan juga kesehatan yang mendera satu anggota tim. Tidak apa, karena dua tim lain lolos ke final.
Di babak final, dua tim SMAK TRIMULIA, yang terdiri dari Ivana Gunawan - Steven dan Carleone - David, meraih posisi dua terbaik. Agak surprise, karena Ivana - Steven sebelumnya diposisikan sebagai underdog, apalagi Ivana merupakan satu-satunya siswi yang mengikuti pertandingan tersebut.
Sore hari, selepas pertandingan berakhir, dua tim juara beserta dgn guru pendamping, mampir ke rumah untuk menunjukkan piala raihan mereka. Sungguh terharu bisa membimbing para siswa yang biasa-biasa, menjadi pahlawan untuk sekolahnya.
Satu pelajaran yang sangat berharga, kita harus tetap menjaga kerendahan hati. Tetap semangat untuk belajar dan terus menatap ke depan dan melangkah. Dan dalam pertandingan, tidak boleh memandang remeh lawan.
Selamat untuk tim robotik TRIMULIA!
Di babak penyisihan, tiga tim yang dikirim, termasuk satu anak kelas dua SMPK TRIMULIA yang saya sisipkan dalam tim ketiga, lolos ke semi final.
Di babak semi final, tim ketiga gugur. Konon karena komunikasi yang tidak berjalan dgn baik (tim ini gabungan dari anak SMA dan SMP), dan juga kesehatan yang mendera satu anggota tim. Tidak apa, karena dua tim lain lolos ke final.
Di babak final, dua tim SMAK TRIMULIA, yang terdiri dari Ivana Gunawan - Steven dan Carleone - David, meraih posisi dua terbaik. Agak surprise, karena Ivana - Steven sebelumnya diposisikan sebagai underdog, apalagi Ivana merupakan satu-satunya siswi yang mengikuti pertandingan tersebut.
Sore hari, selepas pertandingan berakhir, dua tim juara beserta dgn guru pendamping, mampir ke rumah untuk menunjukkan piala raihan mereka. Sungguh terharu bisa membimbing para siswa yang biasa-biasa, menjadi pahlawan untuk sekolahnya.
Satu pelajaran yang sangat berharga, kita harus tetap menjaga kerendahan hati. Tetap semangat untuk belajar dan terus menatap ke depan dan melangkah. Dan dalam pertandingan, tidak boleh memandang remeh lawan.
Selamat untuk tim robotik TRIMULIA!
Saturday, September 15, 2007
Tantangan Bidang ICT
Dunia teknologi informasi dan komunikasi (ICT - Information and Communication Technology) adalah dunia yang sangat dinamis, bergerak sangat cepat memimpin perkembangan jaman.
ICT memberikan kesempatan yang sangat luas bagi kita untuk berkreasi dan memberikan sumbangan yang sangat berarti bagi kemanusiaan. Salah satu dampak dari perkembangan dan pemanfaatan ICT adalah terbentuknya 12 kompetensi sangat baru di bidang ICT: Searching, Collecting, Creating, Sharing, Communicating, Coordinating, Meeting, Socializing, Evaluating, Buying-Selling, Gaming, dan Learning secara online.
Ke 12 kompetensi tersebut dimiliki secara merata oleh angkatan kerja di negara-negara maju dengan tingkat penetrasi komputer dan internet yang sudah sangat tinggi. Selain 12 kompetensi baru tersebut, angkatan kerja di negara-negara maju juga memiliki jam terbang yang tinggi terkait dengan ICT: 10.000 jam video games, 250.000 email, 10.000 jam dengan ponsel, 20.000 jam siaran TV, 500.000 iklan, 5.000 jam membaca buku.
Bagaimana dengan Indonesia? Meskipun ICT sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia sejak lama, namun hingga saat ini, perkembangan dan pemanfaatannya belum dirasakan secara luas. Indikator umum ICT Indonesia menunjukkan penetrasi PC baru mencapai 5 juta unit, pengguna internet yang baru mencapai 20 juta. Selain itu, jumlah pengembang perangkat lunak baru mencapai 200 vendor, programmer hanya 0,1 per 1000 penduduk. Sebuah potret yang cukup menantang.
Salah satu cara untuk mengatasi kekurangan pengembang ICT adalah melalui pendidikan dan diseminasi pengetahuan di bidang ICT.
-- Cahyana Ahmadjayadi, Dirjen Aplikasi Telematika, DepKomInfo (di-edit)
ICT memberikan kesempatan yang sangat luas bagi kita untuk berkreasi dan memberikan sumbangan yang sangat berarti bagi kemanusiaan. Salah satu dampak dari perkembangan dan pemanfaatan ICT adalah terbentuknya 12 kompetensi sangat baru di bidang ICT: Searching, Collecting, Creating, Sharing, Communicating, Coordinating, Meeting, Socializing, Evaluating, Buying-Selling, Gaming, dan Learning secara online.
Ke 12 kompetensi tersebut dimiliki secara merata oleh angkatan kerja di negara-negara maju dengan tingkat penetrasi komputer dan internet yang sudah sangat tinggi. Selain 12 kompetensi baru tersebut, angkatan kerja di negara-negara maju juga memiliki jam terbang yang tinggi terkait dengan ICT: 10.000 jam video games, 250.000 email, 10.000 jam dengan ponsel, 20.000 jam siaran TV, 500.000 iklan, 5.000 jam membaca buku.
Bagaimana dengan Indonesia? Meskipun ICT sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia sejak lama, namun hingga saat ini, perkembangan dan pemanfaatannya belum dirasakan secara luas. Indikator umum ICT Indonesia menunjukkan penetrasi PC baru mencapai 5 juta unit, pengguna internet yang baru mencapai 20 juta. Selain itu, jumlah pengembang perangkat lunak baru mencapai 200 vendor, programmer hanya 0,1 per 1000 penduduk. Sebuah potret yang cukup menantang.
Salah satu cara untuk mengatasi kekurangan pengembang ICT adalah melalui pendidikan dan diseminasi pengetahuan di bidang ICT.
-- Cahyana Ahmadjayadi, Dirjen Aplikasi Telematika, DepKomInfo (di-edit)
Dapat Apa Sih di Universitas?
Sudah diterima di universitas dan mulai belajar, tapi kadang-kadang masih nggak ngeh hakekat belajar. Lha, katanya disuruh menimba ilmu, nah ilmunya ini, sebenarnya apa sih?
KSTAE adalah kuncinya. KSTAE adalah Knowledge, Skill, Technique, Attitude, Experience.
:: Knowledge ::
:: Skill ::
Dalam kasus sepeda motor, skill artinya, kita tahu cara menghidupkan motor. Supaya motor maju, harus masukkan gigi ke satu dan tekan gas, dan seterusnya.
Di kampus ada tugas mandiri, misalnya, membuat kalkulator atau program deteksi bilangan prima di mata kuliah OOP. Itu untuk melatih ketrampilan. Semakin banyak tugas, seharusnya makin terampil. Usahakan untuk mengerjakan sendiri tugas itu, karena tujuannya untuk melatih ketrampilan kita.
Nah, Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) hanya untuk mengukur mahasiswa di tingkat knowledge dan skill. Jadi, peran IPK sebenarnya hanya sampai di sini.
:: Technique ::
Kita perlu menguasai teknik, misalnya, supaya dalam kecepatan tinggi, motor tetap stabil.
Kalau di kampus, karena mata kuliah kian banyak dan di setiap mata kuliah ada tugas coding, keterampilan bahasa Java kita jadi meningkat. Kita jadi punya banyak teknik supaya program kita lebih rapih, program kita jalan lebih cepat, punya teknik untuk bisa reuse code, coding jalan terus walaupun pakai Notepad atau Emacs.
:: Attitude ::
Kita perlu sikap yang baik dalam berkendara. Apa analoginya di kampus? Kalau jadi programmer, jangan lantas membuat virus, merusak sistem orang, atau malah mencuri kode orang. Itu smua contoh sikap. Kampus yang hanya mengajari orang untuk mempunyai pengetahuan, teknik dan keterampilan, tanpa memperhatikan sikap (attitude) artinya mendidik orang pintar tapi sesat di jalan.
:: Experience ::
Pengalaman seperti jam terbang, hanya bisa kita dapatkan kalau kita pernah mengalami kejadian. Misalnya, karena rumah sering kebanjiran, kita tahu persis kira-kira banjir berapa centimeter yang bisa membuat motor mogok. Pengalaman itu mahal, karena, kadang-kadang, ada harga yang harus dibayar.
Di kampus, pengalaman pun tetap ada, misalnya lewat kegiatan KKN, magang, kerja paruh waktu, mengerjakan tugas akhir. Perbanyak pengalaman membuat project (software) yang bisa dijual, mulai belajar jualan, melatih jiwa enterpreneurship. Ini keharusan untuk bekal hidup di dunia IT nan ganas dan kejam.
-- Romi Wahono, pakar software engineering (di-edit)
KSTAE adalah kuncinya. KSTAE adalah Knowledge, Skill, Technique, Attitude, Experience.
:: Knowledge ::
Ketika belajar mengenai sepeda motor, kita jadi tahu bahwa pada sepeda motor terdapat lampu, kemudi, dan lain-lain; serta bagaimana bagian-bagian tsb. bekerja. Ketika belajar pemrograman, kita jadi mengerti apa itu fungsi, variabel, objek, method dan attribute.
Selain itu, ada juga pengetahuan mengenai sistem basis data, rekayasa perangkat lunak, pemrograman ber-orientasi object, software project management, dsb. Pokoknya, yang selama ini bikin pusing, itulah knowledge. Lho, koq bikin pusing? Soalnya, kampus kadang-kadang tidak imbang dalam membekali mahasiswa dengan knowledge dan ketrampilan, alias besar teori daripada praktek.
Selain itu, ada juga pengetahuan mengenai sistem basis data, rekayasa perangkat lunak, pemrograman ber-orientasi object, software project management, dsb. Pokoknya, yang selama ini bikin pusing, itulah knowledge. Lho, koq bikin pusing? Soalnya, kampus kadang-kadang tidak imbang dalam membekali mahasiswa dengan knowledge dan ketrampilan, alias besar teori daripada praktek.
:: Skill ::
Dalam kasus sepeda motor, skill artinya, kita tahu cara menghidupkan motor. Supaya motor maju, harus masukkan gigi ke satu dan tekan gas, dan seterusnya.
Di kampus ada tugas mandiri, misalnya, membuat kalkulator atau program deteksi bilangan prima di mata kuliah OOP. Itu untuk melatih ketrampilan. Semakin banyak tugas, seharusnya makin terampil. Usahakan untuk mengerjakan sendiri tugas itu, karena tujuannya untuk melatih ketrampilan kita.
Nah, Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) hanya untuk mengukur mahasiswa di tingkat knowledge dan skill. Jadi, peran IPK sebenarnya hanya sampai di sini.
:: Technique ::
Kita perlu menguasai teknik, misalnya, supaya dalam kecepatan tinggi, motor tetap stabil.
Kalau di kampus, karena mata kuliah kian banyak dan di setiap mata kuliah ada tugas coding, keterampilan bahasa Java kita jadi meningkat. Kita jadi punya banyak teknik supaya program kita lebih rapih, program kita jalan lebih cepat, punya teknik untuk bisa reuse code, coding jalan terus walaupun pakai Notepad atau Emacs.
:: Attitude ::
Kita perlu sikap yang baik dalam berkendara. Apa analoginya di kampus? Kalau jadi programmer, jangan lantas membuat virus, merusak sistem orang, atau malah mencuri kode orang. Itu smua contoh sikap. Kampus yang hanya mengajari orang untuk mempunyai pengetahuan, teknik dan keterampilan, tanpa memperhatikan sikap (attitude) artinya mendidik orang pintar tapi sesat di jalan.
:: Experience ::
Pengalaman seperti jam terbang, hanya bisa kita dapatkan kalau kita pernah mengalami kejadian. Misalnya, karena rumah sering kebanjiran, kita tahu persis kira-kira banjir berapa centimeter yang bisa membuat motor mogok. Pengalaman itu mahal, karena, kadang-kadang, ada harga yang harus dibayar.
Di kampus, pengalaman pun tetap ada, misalnya lewat kegiatan KKN, magang, kerja paruh waktu, mengerjakan tugas akhir. Perbanyak pengalaman membuat project (software) yang bisa dijual, mulai belajar jualan, melatih jiwa enterpreneurship. Ini keharusan untuk bekal hidup di dunia IT nan ganas dan kejam.
-- Romi Wahono, pakar software engineering (di-edit)
Tuesday, July 10, 2007
Tujuh Kompetensi Profesional TI
1. Kemampuan menulis.
2. Kemampuan mengutarakan ide dan berpikir kreatif
3. Kemampuan presentasi.
4. Kemampuan menggunakan komputer.
5. Kemampuan mengolah informasi.
6. Kemampuan membuat keputusan.
7. Kemampuan bekerja dalam tim.
2. Kemampuan mengutarakan ide dan berpikir kreatif
3. Kemampuan presentasi.
4. Kemampuan menggunakan komputer.
5. Kemampuan mengolah informasi.
6. Kemampuan membuat keputusan.
7. Kemampuan bekerja dalam tim.
Subscribe to:
Posts (Atom)