1. Kemampuan menulis.
2. Kemampuan mengutarakan ide dan berpikir kreatif
3. Kemampuan presentasi.
4. Kemampuan menggunakan komputer.
5. Kemampuan mengolah informasi.
6. Kemampuan membuat keputusan.
7. Kemampuan bekerja dalam tim.
Tuesday, July 10, 2007
Sunday, July 01, 2007
Team Developer dan NXj Developer
Saya bersyukur karena memiliki sejumlah mitra dalam bisnis teknologi, yang memiliki pemikiran sejalan. Salah satunya adalah Gupta Technologies, Inc.
Kami bermitra sejak tahun 1994, dan mendapatkan kepercayaan penuh sebagai satu-satunya mitra mereka di Indonesia sejak tahun 2000. Apa yang menarik dari Gupta Technologies, Inc? Mereka mempunyai produk teknologi yang mampu menyederhanakan dan mempersingkat waktu pengembangan aplikasi client/server kelas enterprise.
Saya berpendapat, perkembangan teknologi akan menghasilkan produk-produk yang lebih sederhana dan lebih mudah dalam penggunaannya, tidak terkecuali perkembangan teknologi dalam bidang software.
Dari pengalaman selama belasan tahun dengan Gupta Team Developer (development tool dari Gupta Technologies, Inc.), banyak proyek yang dapat diselesaikan lebih cepat dari perkiraan. Dengan fakta ini, kita dapat bekerja lebih efisien dan produktif.
Saya memiliki pandangan sedikit pragmatis. Bila memang tersedia tool yang mampu mempercepat sebuah pengembangan software, sekalipun itu harus dibayar mahal, maka saya bisa menerimanya. Karena, sekalipun berbayar, total cost of ownership akan menunjukkan angka yang lebih rendah, karena memperhitungkan besaran tangible dan intangible.
Di tahun 2006 lalu, Gupta Technologies Inc. di-akuisisi oleh Unify Inc., dan jajaran produknya pun semakin lengkap. Apakah saya kembali bersyukur dengan kejadian ini? Jawabannya, ya! Kenapa? Karena produk yang diusung oleh Unify Corp., NXj Developer, merupakan produk yang luar biasa. NXj Developer memungkinkan Java Developer untuk lebih produktif, sama dengan visi yang diusung Gupta Team Developer.
Untuk seorang programmer aplikasi web based kelas enterprise berbasis Java, pasti merasakan tantangan yang luar biasa. Mempelajari J2ee, framework, dan sebagainya, merupakan tantangan yang tidak mudah.
Nah, sekali lagi, saya bertemu dengan produk yang luar biasa. NXj Developer memang tidak murah, dan agak menyimpang dari pakem open source dan free software yang banyak diusung komunitas Java. Namun, semuanya adalah pilihan, dan saya lebih memilih sebuah solusi teknologi yang menawarkan kemudahan walaupun tidak murah :)
Prestasi mengesankan yang ditorehkan oleh tim dari Unify dengan NXj Developer, adalah saat mereka berhasil melakukan porting aplikasi Cohesian, dan selesai dalam waktu yang lebih cepat dari perkiraan.
Kami bermitra sejak tahun 1994, dan mendapatkan kepercayaan penuh sebagai satu-satunya mitra mereka di Indonesia sejak tahun 2000. Apa yang menarik dari Gupta Technologies, Inc? Mereka mempunyai produk teknologi yang mampu menyederhanakan dan mempersingkat waktu pengembangan aplikasi client/server kelas enterprise.
Saya berpendapat, perkembangan teknologi akan menghasilkan produk-produk yang lebih sederhana dan lebih mudah dalam penggunaannya, tidak terkecuali perkembangan teknologi dalam bidang software.
Dari pengalaman selama belasan tahun dengan Gupta Team Developer (development tool dari Gupta Technologies, Inc.), banyak proyek yang dapat diselesaikan lebih cepat dari perkiraan. Dengan fakta ini, kita dapat bekerja lebih efisien dan produktif.
Saya memiliki pandangan sedikit pragmatis. Bila memang tersedia tool yang mampu mempercepat sebuah pengembangan software, sekalipun itu harus dibayar mahal, maka saya bisa menerimanya. Karena, sekalipun berbayar, total cost of ownership akan menunjukkan angka yang lebih rendah, karena memperhitungkan besaran tangible dan intangible.
Di tahun 2006 lalu, Gupta Technologies Inc. di-akuisisi oleh Unify Inc., dan jajaran produknya pun semakin lengkap. Apakah saya kembali bersyukur dengan kejadian ini? Jawabannya, ya! Kenapa? Karena produk yang diusung oleh Unify Corp., NXj Developer, merupakan produk yang luar biasa. NXj Developer memungkinkan Java Developer untuk lebih produktif, sama dengan visi yang diusung Gupta Team Developer.
Untuk seorang programmer aplikasi web based kelas enterprise berbasis Java, pasti merasakan tantangan yang luar biasa. Mempelajari J2ee, framework, dan sebagainya, merupakan tantangan yang tidak mudah.
Nah, sekali lagi, saya bertemu dengan produk yang luar biasa. NXj Developer memang tidak murah, dan agak menyimpang dari pakem open source dan free software yang banyak diusung komunitas Java. Namun, semuanya adalah pilihan, dan saya lebih memilih sebuah solusi teknologi yang menawarkan kemudahan walaupun tidak murah :)
Prestasi mengesankan yang ditorehkan oleh tim dari Unify dengan NXj Developer, adalah saat mereka berhasil melakukan porting aplikasi Cohesian, dan selesai dalam waktu yang lebih cepat dari perkiraan.
Labels:
development tool,
java,
nxj developer,
team developer
Pemrograman Mikrokontroler: PBASIC versus BASCOM
Pada bagian ini, saya ingin membandingkan kedua produk BASIC untuk mikrokontroler yang cukup banyak penggunanya.
Bila melihat sejarahnya, BASIC adalah bahasa interpreter. Artinya, akan diterjemahkan ke dalam machine code saat program di-eksekusi. Positif-nya, kita bisa memberikan perintah pada command line, dan langsung melihat hasilnya. Negatif-nya, lambat. Namun, sekali lagi, soal cepat atau lambat, tergantung pada kebutuhan. Bila jeda yang terjadi masih dalam batas-batas yang dapat diterima, berarti kelambatan yang terjadi dapat diabaikan.
PBASIC dikembangkan oleh Parallax, Inc. untuk mendukung produk mereka, BASIC Stamp. Program yang ditulis dengan PBASIC akan disimpan dalam bentuk token, dalam sebuah EEPROM eksternal, kemudian akan dibaca, diterjemahkan dan di-eksekusi saat program dijalankan. Interpreter BASIC ditanam dalam memori program di dalam chip mikrokontroler yang mereka jual (berbasis PIC atau Ubicom). Dalam penggunaannya, Parallax menjual modul yang terdiri dari mikrokontroler, EEPROM serial, dan komponen pendukung lainnya. Modul ini dapat langsung dihubungkan dengan port serial atau USB komputer, dan melalui BASIC Stamp Editor, kita bisa langsung menggunakannya. Harus diakui, menggunakannya cukup mudah. Hanya saja, kemudahan dan kesederhanaan yang ditawarkan, harus dibayar dengan harga yang lumayan. Referensi dari situs Parallax Inc. menunjukkan harga USD 49 untuk satu modul BASIC Stamp 2.
BASCOM dikembangkan oleh MCS Electronics, dan merupakan BASIC compiler. Program yang dibuat dalam bahasa BASIC, akan di-kompilasi menjadi machine code, untuk kemudian dimasukkan ke dalam mikrokontroler melalui sebuah programmer. Saat ini, sesuai dengan referensi dari situs web MCS Electronics, BASCOM baru mendukung mikrokontroler keluarga MCS51 (BASCOM-8051) dan keluarga AVR (BASCOM-AVR), keduanya produk dari Atmel Corp. Kita bisa memperoleh chip kelas AT89S51/52 dengan harga sangat terjangkau (di bawah 20 ribu rupiah), dan dapat diprogram secara ISP (In-System Programming).
Bila melihat cara kerja keduanya, maka kita dapat menyimpulkan, kinerja PBASIC pastilah lebih rendah dibanding BASCOM. Apalagi dengan penggunaan EEPROM serial untuk menyimpan token.
Berikut adalah contoh program untuk membuat sebuah LED berkedip, dengan PBASIC dan BASCOM-AVR:
--- PBASIC ---
DO
HIGH 0
PAUSE 500
LOW 0
PAUSE 500
LOOP
END
--- BASCOM-AVR ---
Config PORTD = Output
DO
SET Portd.0 = 1
WAITMS 500
SET Portd.0 = 0
WAITMS 500
LOOP
END
Pihak MCS Electronics menyediakan BASCOM-8051 dan BASCOM-AVR versi demo, yang dapat di-download di situs mereka. Versi demo memiliki fasilitas yang sama dengan versi komersial, kecuali, program yang dibuat (machine code) dibatasi sampai 4 KB saja .
Bila melihat sejarahnya, BASIC adalah bahasa interpreter. Artinya, akan diterjemahkan ke dalam machine code saat program di-eksekusi. Positif-nya, kita bisa memberikan perintah pada command line, dan langsung melihat hasilnya. Negatif-nya, lambat. Namun, sekali lagi, soal cepat atau lambat, tergantung pada kebutuhan. Bila jeda yang terjadi masih dalam batas-batas yang dapat diterima, berarti kelambatan yang terjadi dapat diabaikan.
PBASIC dikembangkan oleh Parallax, Inc. untuk mendukung produk mereka, BASIC Stamp. Program yang ditulis dengan PBASIC akan disimpan dalam bentuk token, dalam sebuah EEPROM eksternal, kemudian akan dibaca, diterjemahkan dan di-eksekusi saat program dijalankan. Interpreter BASIC ditanam dalam memori program di dalam chip mikrokontroler yang mereka jual (berbasis PIC atau Ubicom). Dalam penggunaannya, Parallax menjual modul yang terdiri dari mikrokontroler, EEPROM serial, dan komponen pendukung lainnya. Modul ini dapat langsung dihubungkan dengan port serial atau USB komputer, dan melalui BASIC Stamp Editor, kita bisa langsung menggunakannya. Harus diakui, menggunakannya cukup mudah. Hanya saja, kemudahan dan kesederhanaan yang ditawarkan, harus dibayar dengan harga yang lumayan. Referensi dari situs Parallax Inc. menunjukkan harga USD 49 untuk satu modul BASIC Stamp 2.
BASCOM dikembangkan oleh MCS Electronics, dan merupakan BASIC compiler. Program yang dibuat dalam bahasa BASIC, akan di-kompilasi menjadi machine code, untuk kemudian dimasukkan ke dalam mikrokontroler melalui sebuah programmer. Saat ini, sesuai dengan referensi dari situs web MCS Electronics, BASCOM baru mendukung mikrokontroler keluarga MCS51 (BASCOM-8051) dan keluarga AVR (BASCOM-AVR), keduanya produk dari Atmel Corp. Kita bisa memperoleh chip kelas AT89S51/52 dengan harga sangat terjangkau (di bawah 20 ribu rupiah), dan dapat diprogram secara ISP (In-System Programming).
Bila melihat cara kerja keduanya, maka kita dapat menyimpulkan, kinerja PBASIC pastilah lebih rendah dibanding BASCOM. Apalagi dengan penggunaan EEPROM serial untuk menyimpan token.
Berikut adalah contoh program untuk membuat sebuah LED berkedip, dengan PBASIC dan BASCOM-AVR:
--- PBASIC ---
DO
HIGH 0
PAUSE 500
LOW 0
PAUSE 500
LOOP
END
--- BASCOM-AVR ---
Config PORTD = Output
DO
SET Portd.0 = 1
WAITMS 500
SET Portd.0 = 0
WAITMS 500
LOOP
END
Pihak MCS Electronics menyediakan BASCOM-8051 dan BASCOM-AVR versi demo, yang dapat di-download di situs mereka. Versi demo memiliki fasilitas yang sama dengan versi komersial, kecuali, program yang dibuat (machine code) dibatasi sampai 4 KB saja .
Pemrograman Mikrokontroler: Low Level atau High Level Language
Dalam menyelami dunia mikrokontroler, umumnya kita terkendala dengan urusan pemrograman berbasis assembly. Bila melihat sejarahnya, memang mikrokontroler, juga mikroprosesor, hadir dengan kemampuan memahami bahasa tersebut, yang notabene kurang manusiawi.
Namun, dalam perkembangannya, terdapat cukup banyak pilihan pemrograman mikrokontroler dengan bahasa yang lebih beradab, seperti C, BASIC, Pascal, dan yang lainnya.
Hanya saja, bagi sebagian orang, rasanya kurang afdol, dan kurang sempurna untuk seorang programmer mikrokontroler sejati,kalau belum menaklukkan bahasa assembly :) Ini adalah tantangan, namun kita tidak boleh terpaku mengutak-atik bahasa assembly, sampai aplikasi yang ditargetkan, tidak pernah lahir.
Perkembangan teknologi mengarah pada kemudahan pemakaian. Maka dari itu, kalau ada pilihan yang lebih mudah dalam memprogram mikrokontroler, kenapa tidak menggunakannya? Mungkin hasilnya kurang optimal dibanding assembly, namun, dengan semakin meningkatnya performa dari mikrokontroler dan aplikasi yang dibuatpun tidak menuntut proses yang realtime; maka faktor tersebut, menurut hemat saya, dapat diabaikan.
Saya pribadi cenderung menggunakan bahasa BASIC (BASCOM, BASIC Stamp) dan C (SDCC). Dan bila melihat kiprah dan implementasi keduanya di dunia mikrokontroler, kelihatannya sudah cukup lama juga.
Kedua, belajar bahasa-bahasa tersebut lebih "aman", karena tidak tergantung pada tipe mikrokontroler yang digunakan.
Sebagaimana kita ketahui, beda keluarga, beda bahasa assembly-nya. Sebagai contoh, keluarga MCS51, keluarga AVR dan keluarga AVR (ketiganya merupakan keluarga mikrokontroler yang cukup populer), memiliki pakem assembly yang berbeda. Namun, dengan statement BASIC atau C yang sama, kita bisa membuat program yang sama untuk ketiganya :)
Namun, dalam perkembangannya, terdapat cukup banyak pilihan pemrograman mikrokontroler dengan bahasa yang lebih beradab, seperti C, BASIC, Pascal, dan yang lainnya.
Hanya saja, bagi sebagian orang, rasanya kurang afdol, dan kurang sempurna untuk seorang programmer mikrokontroler sejati,kalau belum menaklukkan bahasa assembly :) Ini adalah tantangan, namun kita tidak boleh terpaku mengutak-atik bahasa assembly, sampai aplikasi yang ditargetkan, tidak pernah lahir.
Perkembangan teknologi mengarah pada kemudahan pemakaian. Maka dari itu, kalau ada pilihan yang lebih mudah dalam memprogram mikrokontroler, kenapa tidak menggunakannya? Mungkin hasilnya kurang optimal dibanding assembly, namun, dengan semakin meningkatnya performa dari mikrokontroler dan aplikasi yang dibuatpun tidak menuntut proses yang realtime; maka faktor tersebut, menurut hemat saya, dapat diabaikan.
Saya pribadi cenderung menggunakan bahasa BASIC (BASCOM, BASIC Stamp) dan C (SDCC). Dan bila melihat kiprah dan implementasi keduanya di dunia mikrokontroler, kelihatannya sudah cukup lama juga.
Kedua, belajar bahasa-bahasa tersebut lebih "aman", karena tidak tergantung pada tipe mikrokontroler yang digunakan.
Sebagaimana kita ketahui, beda keluarga, beda bahasa assembly-nya. Sebagai contoh, keluarga MCS51, keluarga AVR dan keluarga AVR (ketiganya merupakan keluarga mikrokontroler yang cukup populer), memiliki pakem assembly yang berbeda. Namun, dengan statement BASIC atau C yang sama, kita bisa membuat program yang sama untuk ketiganya :)
Subscribe to:
Posts (Atom)